Bank Dunia (World Bank)
menyampaikan, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tercatat sebesar 5,03 persen
(ctc) pada 2024 mencerminkan pertumbuhan yang stabil di tengah perlambatan
ekonomi global dengan rata-rata pertumbuhan hanya 2,7 persen.
World Bank Country Director
untuk Indonesia dan Timor-Leste Carolyn Turk menilai perekonomian Indonesia
sepanjang 2024 ditopang oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga.
"Tetapi kita harus ingat
bahwa pertumbuhan ekonomi masih di bawah laju rata-rata dalam satu dekade
sebelum COVID-19. Dan secara perekonomian global, kita melihat banyak negara
berkembang sedang menghadapi utang yang tinggi, pertumbuhan investasi lambat,
dan tentu saja tantangan terkait iklim," kata Carolyn saat menyampaikan
sambutan dalam acara The Business Environment in Indonesia: Exploring the
Worldbank's Business Ready Report, Jakarta.
Carolyn menjelaskan, Indonesia
memiliki keuntungan dengan populasi yang besar yang berkontribusi pada
stabilitas ekonomi. Namun, untuk mencapai status negara berpenghasilan tinggi
pada tahun 2045, laju pertumbuhan perlu ditingkatkan setidaknya menjadi enam
persen per tahun.
Guna mencapai target tersebut,
ia memandang perlunya reformasi kerangka regulasi serta birokrasi yang lebih
efektif di Indonesia. Selain itu, meningkatkan produktivitas sektor swasta dan
memperkuat daya saing bisnis akan menjadi kunci dalam mencapai target tersebut.
"Masih terdapat ruang
perbaikan dalam penyediaan layanan publik untuk mendukung kepatuhan terhadap
regulasi bisnis," tuturnya.
Dalam laporan Business Ready
(B-ready), Bank Dunia menyoroti pentingnya reformasi regulasi untuk
meningkatkan daya saing sektor swasta.
Laporan tersebut mencatat
bahwa di antara 50 negara yang dievaluasi, sebagian besar memiliki regulasi
bisnis yang cukup baik, dengan skor rata-rata 65,5 dari 100. Namun, pelayanan
publik yang mendukung kepatuhan bisnis masih menjadi tantangan, dengan skor
global mendekati 50 persen.
Laporan ini selaras dengan
studi Bank Dunia sebelumnya, "Unleashing Indonesia’s Business
Potential," yang dirilis pada Juni 2024.
Studi tersebut menyoroti
perlunya reformasi peraturan guna menciptakan lingkungan bisnis yang lebih
kompetitif, terutama dalam sektor manufaktur dan jasa.
Carolyn menilai di tengah
ketidakpastian global, termasuk meningkatnya utang negara berkembang,
perlambatan investasi, serta tantangan perubahan iklim, peran sektor swasta
menjadi semakin vital dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan penciptaan
lapangan kerja.
Dengan perekonomian yang tetap
tumbuh stabil di tengah tantangan global, Indonesia memiliki peluang besar
untuk terus memperkuat fundamental ekonominya melalui kebijakan yang mendorong
investasi dan inovasi bisnis.
"Hal ini juga menyoroti
sejumlah reformasi regulasi yang diperlukan untuk menciptakan lingkungan bisnis
yang kompetitif dan kami percaya bahwa lingkungan ini penting untuk
meningkatkan produktivitas di bidang manufaktur dan jasa," ucapnya.
No comments:
Post a Comment