Ketua Dewan Komisioner Ototitas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar, optimistis dengan target pertumbuhan ekonomi 8% pada tahun 2029. Meski angka tersebut terbilang ambisius, ia menegaskan bahwa target ini tetap realistis jika melihat sejumlah faktor pendukung yang dimiliki oleh Indonesia.
"Bisa saja orang
menganggapnya ambisius atau bahkan terlalu ambisius. Kalau kami melihatnya
sebenarnya realistis. Karena bukan saja diukur dari kacamata potensi yang ada
di kita, tapi juga suatu trajectory atau outlook yang memang
pernah atau sudah dilakukan oleh beberapa negara lainnya," ujar Mahendra
dalam acara Financial Lecture Kadin Indonesia di Jakarta, Jumat (28/2/2025).
Mahendra mencontohkan India
sebagai negara yang berhasil mencapai pertumbuhan ekonomi 7-8% dalam beberapa
tahun terakhir. Hal inilah yang bisa menjadi pendorong bagi Indonesia untuk
menerapkan hal serupa.
"Yang kalau dilihat
dengan perspektif Indonesia, saya rasa tidak berbeda (dengan India). Memang
dengan kondisi global saat ini turun ke kisaran 5,5-6%. Tapi, dengan besaran
populasi dan luas wilayah, tentu tantangan yang dihadapi juga semakin kompleks.
Meski begitu, pertumbuhan ekonomi sebesar itu tetap dapat dicapai,"
jelasnya.
Lebih lanjut, Mahendra
menambahkan bahwa Indonesia memiliki modal yang kuat untuk mencapai target
tersebut, termasuk bonus demografi, potensi pasar yang besar, serta kekayaan
sumber daya alam. Tapi, ia juga mengakui bahwa tantangan global dan domestik harus
menjadi perhatian serius agar pertumbuhan ekonomi bisa tetap terjaga.
Oleh
sebab itu, OJK menilai bahwa kebijakan yang pro-investasi dan peningkatan daya
saing industri sangat diperlukan untuk merealisasikan target pertumbuhan
ekonomi 8%.
"Stabilitas
ekonomi global yang masih terpengaruh oleh ketidakpastian geopolitik, perubahan
iklim, serta dinamika harga komoditas memang bisa menjadi tantangan. Tapi kalau
kita fokus pada kebijakan yang mendukung investasi dan pertumbuhan industri, saya
yakin kita bisa mencapainya," jelasnya.
Selain
itu, Mahendra juga menekankan pentingnya transformasi ekonomi berbasis digital.
Pasalnya, negara-negara yang pertumbuhannya tinggi umumnya punya sektor
teknologi yang kuat.
"Meskipun ada tantangan,
kita harus tetap optimistis. Ini bukan sesuatu yang tidak mungkin, selama kita
bisa memanfaatkan peluang dengan baik," tutupnya.
No comments:
Post a Comment