Di tengah masih tingginya
ketidakpastian dan dinamika perekonomian global, ekonomi Indonesia pada
triwulan III-2024 mampu tumbuh sebesar 4,95% secara tahunan dengan inflasi yang
terkendali pada rentang sasaran 2,5% ±1% yakni 1,71% di Oktober 2024.
Kinerja ekonomi yang solid
hingga triwulan III-2024 ditandai dengan pertumbuhan positif seluruh komponen
pengeluaran. Konsumsi rumah tangga tumbuh 4,91% dengan kontribusi 53,08% PDB.
Konsumsi masih tumbuh kuat seiring implementasi bauran kebijakan untuk menjaga
daya beli. Sementara itu, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) tumbuh sebesar
5,15% dengan kontribusi sebesar 29,75%, didorong investasi pemerintah dan
swasta khususnya lewat pembangunan infrastruktur.
Beberapa sektor usaha tumbuh
pesat seperti sektor transportasi dan pergudangan yang mencapai 8,64% sejalan
peningkatan jumlah penumpang dan pengiriman barang, serta sektor makanan dan
minuman 8,33% seiring meningkatnya aktivitas wisata dan bisnis.
Pertumbuhan ekonomi juga
diiringi dengan berkurangnya tingkat pengangguran. Tercatat jumlah penduduk
yang bekerja bertambah 4,79 juta menjadi 144,64 juta orang dibandingkan Agustus
tahun 2023. Sementara angka pengangguran berkurang 0,39 juta orang menjadi 7,47
juta orang.
Outlook pemerintah untuk
pertumbuhan tahun 2024 berada pada rentang 5%-5,2% sedangkan untuk tahun 2025
pemerintah menargetkan pertumbuhan sebesar 5,2% dengan inflasi akan dijaga pada
kisaran 2,5%.
Sementara itu, Bank Indonesia
memperkirakan ekonomi RI 2024 tumbuh di kisaran 4,7%-5,5%, dengan nilai tengah
di angka 5,1%, dan akan meningkat di 2025.
Terjaganya konsumsi rumah
tangga, investasi, dan ekspor nonmigas turut mendorong perekonomian di akhir
tahun 2024. Begitu pula dengan belanja pemerintah yang menopang permintaan
domestik.
Gubernur Bank Indonesia Perry
Warjiyo dalam konferensi pers (20/11/24) menyatakan pemerintah perlu memperkuat
kebijakan reformasi struktural khususnya pada sektor-sektor yang mendukung
pertumbuhan ekonomi serta menyerap dan meningkatkan produktivitas tenaga kerja.
Genjot pertumbuhan dengan
transformasi struktural
Ekonom Lembaga Penyelidikan
Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM
FEB UI) Teuku Riefky menyoroti kecenderungan pertumbuhan ekonomi Indonesia
dalam satu dekade terakhir.
Sejak tahun 2014 hingga
triwulan II-2024, kecuali periode Covid-19, Indonesia terus melanjutkan tren
pertumbuhan jangka panjang di kisaran 5%. Ekonomi Indonesia melambat dari 5,11%
di triwulan I-2024 menjadi 5,05% di triwulan II-2024.
Kondisi tersebut menurut
Riefky menjurus kepada fenomena pertumbuhan lambat yang berkelanjutan atau
stagnasi sekuler mengingat tidak adanya sumber pertumbuhan ekonomi baru. Faktor
pendorong musiman di triwulan-I dan II 2024 seperti Pemilu, Ramadhan, perayaan
berbagai hari besar keagamaan, dan libur sekolah pun belum cukup signifikan
menggenjot pertumbuhan di semester I-2024.
Riefky berpendapat dominansi
pertumbuhan yang didorong oleh faktor musiman mengindikasikan permasalahan
struktural, salah satunya lesunya produktivitas di berbagai sektor yang telah
berlangsung selama beberapa tahun.
Dalam laporan bertajuk
“Indonesia Economic Outlook 2025” rilis November 2024 LPEM UI mencatat di
triwulan II-2024, 11 dari 17 sektor ekonomi mengalami perlambatan pertumbuhan
dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara sektor yang mengalami pertumbuhan didominasi
oleh sektor-sektor yang terekspos faktor musiman seperti perdagangan besar dan
eceran, akomodasi dan makanan minuman, serta ketenagalistrikan. Sektor
pertanian yang sebelumnya terkontraksi juga kembali positif seiring pergeseran
musim panen.
Di lain sisi, meskipun masih
menjadi sektor terbesar dalam perekonomian Indonesia, kontribusi sektor
pengolahan terhadap pertumbuhan ekonomi semakin menurun seiring tingkat
pertumbuhannya yang secara persisten berada di bawah rerata nasional. Terdata
pertumbuhan sektor pengolahan melambat dari 4,13% di triwulan I-2024 menjadi
3,95% di triwulan II-2024. Utilisasi kapasitas produksi sektor manufaktur di
triwulan II-2024 hanya mencapai 71,15%, terendah dalam 1,5 tahun terakhir.
Kondisi tersebut menurut Riefky semakin menguatkan indikasi terjadinya
deindustrialisasi prematur di Indonesia.
Pemerintah baru menurut Riefky
perlu menangani isu struktural secara strategis guna memastikan ekspansi
pertumbuhan jangka menengah dan panjang.
“Tanpa adanya transformasi
struktural dalam waktu dekat, besar kemungkinan perekonomian Indonesia akan
terus mengandalkan faktor musiman untuk tumbuh dan berpotensi butuh dorongan
lebih besar hanya untuk tetap bisa tumbuh 5%,” ujar Riefky.
Di samping tantangan dari sisi
domestik, tantangan juga datang dari faktor eksternal. Tensi geopolitik yang
terus berlanjut, pelonggaran suku bunga moneter, dan rekonfigurasi agenda
ekonomi pasca berlangsungnya pemilihan umum di berbagai negara akan berdampak
pada ekonomi domestik. Begitu juga dengan guyuran stimulus pemerintah China
untuk pemulihan ekonomi negaranya, serta masih adanya potensi disrupsi rantai
pasok global akan turut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
LPEM UI memprediksi ekonomi
Indonesia pada 2024 tumbuh sebesar 5,03% pada rentang 5,00% hingga 5,05%.
Sedangkan di tahun 2025, apabila pemerintah menerapkan kebijakan transformasi
struktural yang memadai pun dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi kemungkinan
baru akan terlihat dalam jangka menengah hingga panjang.
“Dengan demikian, kami
memperkirakan PDB Indonesia akan tumbuh stagnan sebesar 5,1% yoy dalam rentang
estimasi 5,0% hingga 5,1% untuk tahun fiskal 2025,” tutupnya.
Proyeksi Lembaga Internasional
Sejumlah lembaga internasional
dalam rilisan terbarunya meramalkan pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung
stabil di kisaran 5%.
Bank Dunia dalam World Bank
East Asia and The Pacific Economic Update yang dirilis 8 Oktober 2024
memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5% pada 2024 dan 5,1% pada 2025.
Proyeksi tersebut sedikit meningkat dibandingkan sebelumnya yang sebesar 4,9%
pada 2024 dan 5% pada 2025.
Bank Dunia dalam laporannya
menunjukkan keyakinan terhadap kekuatan ekonomi Indonesia di tengah tantangan
yang dihadapi negara-negara di kawasan Asia Timur dan Pasifik.
“Di antara negara-negara yang
lebih besar, hanya Indonesia yang diperkirakan tumbuh di tahun 2024 dan 2025
pada atau di atas tingkat sebelum pandemi. Sementara pertumbuhan Malaysia,
Filipina, Thailand, dan Vietnam diperkirakan berada di bawah tingkat tersebut,”
ungkap World Bank East Asia and Pacific Chief Economist, Aaditya Mattoo, dalam
keterangannya (8/10/24).
Peningkatan konsumsi
masyarakat, investasi, serta belanja pemerintah menjadi faktor pendorong utama
pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.
Kendati demikian, Bank Dunia
mewanti-wanti tren konsumsi rumah tangga yang terus menurun di kawasan Asia
Timur dan Pasifik, termasuk Indonesia, yang tergambar dari melambatnya
pertumbuhan penjualan eceran dan impor dibandingkan era sebelum pandemi.
Di samping itu, Bank Dunia
juga menyoroti kontribusi ekspor manufaktur Indonesia yang masih rendah
terhadap perekonomian serta investasi swasta yang masih perlu ditingkatkan.
Sementara Dana Moneter
Internasional atau International Monetary Fund (IMF) dalam IMF Country Report
No. 24/270 yang diterbitkan Agustus 2024 meyakini ekonomi Indonesia tetap kuat
meski di tengah kondisi global yang sarat tantangan. Demikian pula inflasi
diperkirakan tetap terkendali di titik tengah dari rentang target sasaran
pemerintah.
Pertumbuhan PDB riil 2024
diproyeksikan sebesar 5% didukung oleh peningkatan konsumsi masyarakat dan
pertumbuhan investasi yang mengimbangi hambatan ekspor neto akibat tekanan
eksternal, termasuk melemahnya harga komoditas dan pertumbuhan mitra dagang.
Sementara pertumbuhan ekonomi
di 2025 diramalkan meningkat tipis sebesar 5,1% ditopang ekspansi fiskal.
“Pertumbuhan Indonesia tetap
kuat meskipun ada hambatan eksternal. Inflasi rendah dan terkendali dengan
baik, sektor keuangan tangguh, serta kebijakan umumnya telah diambil secara
teliti dan diarahkan untuk menjadi penopang,” kata IMF dalam laporannya (7/8/2024).
Selanjutnya IMF memperkirakan
ekspor sektor riil akan melambat namun impor akan pulih seiring permintaan
domestik yang terjaga.
Selanjutnya, The Organization
for Economic Cooperation and Development (OECD) dalam Economic Outlook Interim
Report September 2024 mengestimasi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2024 sebesar
5,1% dan 2025 sebesar 5,2%.
Sedangkan Asian Development Bank (ADB) memprediksi ekonomi Indonesia 2024 dan 2025 tumbuh sebesar 5% didorong permintaan domestik dan eksternal yang kuat.
No comments:
Post a Comment