Ekonomi Indonesia Diproyeksi Akan Kembali Tembus 5 Persen - Mading Indonesia

Post Top Ad

Ekonomi Indonesia Diproyeksi Akan Kembali Tembus 5 Persen

Ekonomi Indonesia Diproyeksi Akan Kembali Tembus 5 Persen

Share This

 


Di tengah masih tingginya ketidakpastian dan dinamika perekonomian global, ekonomi Indonesia pada triwulan III-2024 mampu tumbuh sebesar 4,95% secara tahunan dengan inflasi yang terkendali pada rentang sasaran 2,5% ±1% yakni 1,71% di Oktober 2024.

 

Kinerja ekonomi yang solid hingga triwulan III-2024 ditandai dengan pertumbuhan positif seluruh komponen pengeluaran. Konsumsi rumah tangga tumbuh 4,91% dengan kontribusi 53,08% PDB. Konsumsi masih tumbuh kuat seiring implementasi bauran kebijakan untuk menjaga daya beli. Sementara itu, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) tumbuh sebesar 5,15% dengan kontribusi sebesar 29,75%, didorong investasi pemerintah dan swasta khususnya lewat pembangunan infrastruktur.

 

Beberapa sektor usaha tumbuh pesat seperti sektor transportasi dan pergudangan yang mencapai 8,64% sejalan peningkatan jumlah penumpang dan pengiriman barang, serta sektor makanan dan minuman 8,33% seiring meningkatnya aktivitas wisata dan bisnis.

 

Pertumbuhan ekonomi juga diiringi dengan berkurangnya tingkat pengangguran. Tercatat jumlah penduduk yang bekerja bertambah 4,79 juta menjadi 144,64 juta orang dibandingkan Agustus tahun 2023. Sementara angka pengangguran berkurang 0,39 juta orang menjadi 7,47 juta orang.

 

Outlook pemerintah untuk pertumbuhan tahun 2024 berada pada rentang 5%-5,2% sedangkan untuk tahun 2025 pemerintah menargetkan pertumbuhan sebesar 5,2% dengan inflasi akan dijaga pada kisaran 2,5%.

 

Sementara itu, Bank Indonesia memperkirakan ekonomi RI 2024 tumbuh di kisaran 4,7%-5,5%, dengan nilai tengah di angka 5,1%, dan akan meningkat di 2025.

 

Terjaganya konsumsi rumah tangga, investasi, dan ekspor nonmigas turut mendorong perekonomian di akhir tahun 2024. Begitu pula dengan belanja pemerintah yang menopang permintaan domestik.

 

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers (20/11/24) menyatakan pemerintah perlu memperkuat kebijakan reformasi struktural khususnya pada sektor-sektor yang mendukung pertumbuhan ekonomi serta menyerap dan meningkatkan produktivitas tenaga kerja.

 

Genjot pertumbuhan dengan transformasi struktural

Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) Teuku Riefky menyoroti kecenderungan pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam satu dekade terakhir.

 

Sejak tahun 2014 hingga triwulan II-2024, kecuali periode Covid-19, Indonesia terus melanjutkan tren pertumbuhan jangka panjang di kisaran 5%. Ekonomi Indonesia melambat dari 5,11% di triwulan I-2024 menjadi 5,05% di triwulan II-2024.

 

Kondisi tersebut menurut Riefky menjurus kepada fenomena pertumbuhan lambat yang berkelanjutan atau stagnasi sekuler mengingat tidak adanya sumber pertumbuhan ekonomi baru. Faktor pendorong musiman di triwulan-I dan II 2024 seperti Pemilu, Ramadhan, perayaan berbagai hari besar keagamaan, dan libur sekolah pun belum cukup signifikan menggenjot pertumbuhan di semester I-2024.

 

Riefky berpendapat dominansi pertumbuhan yang didorong oleh faktor musiman mengindikasikan permasalahan struktural, salah satunya lesunya produktivitas di berbagai sektor yang telah berlangsung selama beberapa tahun.

 

Dalam laporan bertajuk “Indonesia Economic Outlook 2025” rilis November 2024 LPEM UI mencatat di triwulan II-2024, 11 dari 17 sektor ekonomi mengalami perlambatan pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara sektor yang mengalami pertumbuhan didominasi oleh sektor-sektor yang terekspos faktor musiman seperti perdagangan besar dan eceran, akomodasi dan makanan minuman, serta ketenagalistrikan. Sektor pertanian yang sebelumnya terkontraksi juga kembali positif seiring pergeseran musim panen.

 

Di lain sisi, meskipun masih menjadi sektor terbesar dalam perekonomian Indonesia, kontribusi sektor pengolahan terhadap pertumbuhan ekonomi semakin menurun seiring tingkat pertumbuhannya yang secara persisten berada di bawah rerata nasional. Terdata pertumbuhan sektor pengolahan melambat dari 4,13% di triwulan I-2024 menjadi 3,95% di triwulan II-2024. Utilisasi kapasitas produksi sektor manufaktur di triwulan II-2024 hanya mencapai 71,15%, terendah dalam 1,5 tahun terakhir. Kondisi tersebut menurut Riefky semakin menguatkan indikasi terjadinya deindustrialisasi prematur di Indonesia. 

 

Pemerintah baru menurut Riefky perlu menangani isu struktural secara strategis guna memastikan ekspansi pertumbuhan jangka menengah dan panjang.

 

“Tanpa adanya transformasi struktural dalam waktu dekat, besar kemungkinan perekonomian Indonesia akan terus mengandalkan faktor musiman untuk tumbuh dan berpotensi butuh dorongan lebih besar hanya untuk tetap bisa tumbuh 5%,” ujar Riefky. 

 

Di samping tantangan dari sisi domestik, tantangan juga datang dari faktor eksternal. Tensi geopolitik yang terus berlanjut, pelonggaran suku bunga moneter, dan rekonfigurasi agenda ekonomi pasca berlangsungnya pemilihan umum di berbagai negara akan berdampak pada ekonomi domestik. Begitu juga dengan guyuran stimulus pemerintah China untuk pemulihan ekonomi negaranya, serta masih adanya potensi disrupsi rantai pasok global akan turut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

 

LPEM UI memprediksi ekonomi Indonesia pada 2024 tumbuh sebesar 5,03% pada rentang 5,00% hingga 5,05%. Sedangkan di tahun 2025, apabila pemerintah menerapkan kebijakan transformasi struktural yang memadai pun dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi kemungkinan baru akan terlihat dalam jangka menengah hingga panjang.  

 

“Dengan demikian, kami memperkirakan PDB Indonesia akan tumbuh stagnan sebesar 5,1% yoy dalam rentang estimasi 5,0% hingga 5,1% untuk tahun fiskal 2025,” tutupnya.

 

Proyeksi Lembaga Internasional

Sejumlah lembaga internasional dalam rilisan terbarunya meramalkan pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung stabil di kisaran 5%.

 

Bank Dunia dalam World Bank East Asia and The Pacific Economic Update yang dirilis 8 Oktober 2024 memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5% pada 2024 dan 5,1% pada 2025. Proyeksi tersebut sedikit meningkat dibandingkan sebelumnya yang sebesar 4,9% pada 2024 dan 5% pada 2025.

 

Bank Dunia dalam laporannya menunjukkan keyakinan terhadap kekuatan ekonomi Indonesia di tengah tantangan yang dihadapi negara-negara di kawasan Asia Timur dan Pasifik.

 

“Di antara negara-negara yang lebih besar, hanya Indonesia yang diperkirakan tumbuh di tahun 2024 dan 2025 pada atau di atas tingkat sebelum pandemi. Sementara pertumbuhan Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam diperkirakan berada di bawah tingkat tersebut,” ungkap World Bank East Asia and Pacific Chief Economist, Aaditya Mattoo, dalam keterangannya (8/10/24).

 

Peningkatan konsumsi masyarakat, investasi, serta belanja pemerintah menjadi faktor pendorong utama pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.

 

Kendati demikian, Bank Dunia mewanti-wanti tren konsumsi rumah tangga yang terus menurun di kawasan Asia Timur dan Pasifik, termasuk Indonesia, yang tergambar dari melambatnya pertumbuhan penjualan eceran dan impor dibandingkan era sebelum pandemi.    

 

Di samping itu, Bank Dunia juga menyoroti kontribusi ekspor manufaktur Indonesia yang masih rendah terhadap perekonomian serta investasi swasta yang masih perlu ditingkatkan.

 

Sementara Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) dalam IMF Country Report No. 24/270 yang diterbitkan Agustus 2024 meyakini ekonomi Indonesia tetap kuat meski di tengah kondisi global yang sarat tantangan. Demikian pula inflasi diperkirakan tetap terkendali di titik tengah dari rentang target sasaran pemerintah.

 

Pertumbuhan PDB riil 2024 diproyeksikan sebesar 5% didukung oleh peningkatan konsumsi masyarakat dan pertumbuhan investasi yang mengimbangi hambatan ekspor neto akibat tekanan eksternal, termasuk melemahnya harga komoditas dan pertumbuhan mitra dagang.

 

Sementara pertumbuhan ekonomi di 2025 diramalkan meningkat tipis sebesar 5,1% ditopang ekspansi fiskal.

 

“Pertumbuhan Indonesia tetap kuat meskipun ada hambatan eksternal. Inflasi rendah dan terkendali dengan baik, sektor keuangan tangguh, serta kebijakan umumnya telah diambil secara teliti dan diarahkan untuk menjadi penopang,” kata IMF dalam laporannya (7/8/2024).

 

Selanjutnya IMF memperkirakan ekspor sektor riil akan melambat namun impor akan pulih seiring permintaan domestik yang terjaga.

 

Selanjutnya, The Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) dalam Economic Outlook Interim Report September 2024 mengestimasi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2024 sebesar 5,1% dan 2025 sebesar 5,2%.

 

Sedangkan Asian Development Bank (ADB) memprediksi ekonomi Indonesia 2024 dan 2025 tumbuh sebesar 5% didorong permintaan domestik dan eksternal yang kuat.  

No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad

Pages